Isu
perjodohan menjadi sensitive jika hal itu didiskusikan dengan wanita (muslimah)
dengan kondisi usia yang sudah melewati ‘batas’ normal. Dianggap melewati batas
normal karena memang seharusnya wanita tersebut sudah melewati babak baru
sebuah rumah tangga. Akan tetapi, karena ‘kondisi’ tertentu, mereka akhirnya
masih melajang di saat teman-teman sebaya mereka sudah menimang anak.
Hal
ini saya anggap sensitif karena memang wanita dengan usia dan kondisi demikian
dianggap ‘istimewa’ oleh lingkungan kita. Kesibukan yang luar biasa menjadikan
mereka kadang lupa bahwa mereka juga harus menikah. Sikap yang terlalu pemilih
dengan krteria pasangan harus setinggi langit juga menjadikan mereka tak jua
mendapatkan jodoh.
Belum lagi dengan sikap pasif dan merasa bahwa jodoh sudah ada yang ngatur tanpa perlu mencari juga menjadi pemahaman yang salah yang berakibat mereka tetap melajang hingga sekarang. Sikap ini tentu saja salah. Bagaimanapun, Allah memang telah menciptakan kita berpasang-pasangan, namun Allah juga menyuruh kita berikhtiar dalam segala hal, termasuk mencari jodoh.
Kembali lagi ke soal perjodohan. Banyak sekali di lingkungan saya yang beranggapan bahwa perjodohan atau dijodohkan menjadi isu yang kuno dan ketinggalan jaman. Bahkan sebagian dari mereka juga mengatakan bahwa perjodohan dianggap ‘memalukan’ bagi yang dijodohkan.
Memalukan yang dimaksud bukanlah berkonotasi negatif namun lebih pada sikap diri seseorang. Banyak dari kawan-kawan saya mengatakan bahwa mereka sangat menolak dengan perjodohan. Menurut mereka, kesannya kok ‘tidak laku’ alias tidak bisa mencari sendiri hingga harus orang lain yang mencarikan.
Belum lagi bayang-bayang bahwa perjodohan akan bisa berakibat seperti Siti Nurbaya yang terpaksa menikah dengan Datuk Maringgi. Tentu saja, Siti Nurbaya menjadi menderita sepanjang masa. Dari cerita ini pula, perjodohan menjadi terkesan tidak menyenangkan. Padahal, itu semua adalah salah.
Di edisi inilah, kami ingin menjawab segala isu negative yang terjadi tentang perjodohan itu. Bahwa perjodohan yang kami maksud bukanlah sebuah kawin paksa seperti Siti Nurbaya dan bahwa perjodohan tidaklah berujung pernikahan tanpa landasan cinta. Kami justru ingin meluruskan bahwa perjodohan justru lebih Islami dibanding kita harus berpacaran.
Perjodohan sesuai syariat bukanlah membuat seseorang terpaksa menerima pasangan daripada menjadi perawan tua, namun perjodohan yang syar’i adalah sebenarnya dari pasangan pilihan kita sendiri. Jikalaupun kemudian muncul orang lain (orang tua atau teman dll) yang mengenalkan, maka peran mereka hanya sebagai mediator untuk memuluskan sunnah Rasulullah ini.
No comments:
Post a Comment