Friday 29 August 2014

Menikah untuk Bahagia


Moment Berdua Yang Selalu Kami Rindukan

Di sebuah reuni sekolah, saya mendapati banyak cerita menarik. Selain perubahan fisik dan penampilan, yang lebih membuat saya kagum, perubahan perilaku juga tampak terasa ketika saya berbincang dengan kawan-kawan lama saya tersebut. Dari sekian tahun tak berjumpa, tentu dari kami semua, banyak yang berubah.

Mereka yang dulu dikenal dengan si kerempeng, kini setelah belasan tahun tak bertemu, justru ‘menjelma’ menjadi pria sukses yang gendut. Begitu juga dengan sahabat wanita saya yang dulu saya kenal sebagai perempuan model yang notabene selalu terlihat langsing, kini justru mangaku lebih percaya diri walau berat badannya berlebih.

Menurutnya, kebahagiaan bersama keluargalah yang membuatnya tak peduli walau kini dicap sebagai golongan ibu-ibu berlemak alias gemuk.
Saya jadi ingat di sebuah film Thirteen Going on Thirty. Dimana perjalanan waktu memang bisa mengubah nasib seseorang. Mereka yang dulu dikenal idola di sekolah, namun karena takdir berbicara lain, maka sang idola hanya bisa meraih suksesnya sebagai supir taksi. Sebaliknya, mereka yang ketika sekolah dikenal cupu dan termasuk ‘kaum tertindas’ namun karena faktor luck, justru  setelah belasan tahun berubah menjadi orang yang sukses.

Kembali pada kawan yang saya temui di tempat reuni sekolah saya tadi. Terus terang, saya sungguh terpukau dengan kawan saya yang dulu seorang model tersebut. Bukan karena berat badannya yang overweight, tapi karena sikapnya yang jauh berubah jika dibanding ketika di masih satu kelas dengan saya dulu.
Dulu saya mengenalnya sebagai sosok gadis yang cantik, centil namun ‘banyak bicara’ dan tingkahnya mungkin bisa dibilang jauh dari sopan. Yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Kawan lama saya ini ‘menjelma’ menjadi wanita anggun, santun, dan tutur katanya sungguh membuat saya kaget. Begitu lembut dan adem didengarkan.

Kebahagiaan itu adalah ketika bisa bersama-sama
Apa yang mengubahnya? Lagi-lagi saya hanya bisa berkesimpulan, mungkin perjalanan waktu yang membuatnya mengalami banyak hal. Namun di saat saya masih bertanya-tanya, kawan saya ini dengan lembut bercerita bahwa pernikahanlah yang membuatnya menjadi lebih tenang seperti itu. 

Tak bisa dipungkiri, setiap manusia pasti menginginkan kebutuhan duniawi. Namun kebutuhan duniawi itu seolah menjadi hal nomer dua karena tergusur oleh nilai indah pernikahan. Kehadiran sang suami yang dianggapnya sebagai imam idola membuatnya bahagia karena ada orang yang bisa membimbingnya dalam berumah tangga.

Begitu pula kehadiran anak-anak yang lucu dalam pernikahan. Seolah mengubah dunianya yang dulu banyak berkutat pada kemewahan dan hiburan, menjadi lebih indah dan bermakna. Sebuah makna bahwa setiap wanita memang akan menemui kodratnya dengan sempurna karena bisa menjadi istri yang baik, hamil, dan melahirkan anak-anak yang saleh maupun salehah.

Walau hanya sepenggal cerita yang saya dapatkan dari kawan lama saya ini, namun saya sungguh terharu bahwa sebenarnya setiap manusia bisa berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pernikahan menjadi salah satu jalan manusia menjadi lebih bermanfaat. Jadi, tunggu apa lagi? Jika sudah mampu, maka sempurnakan hidupmu dengan menikah. Selain bagian dari sunah, menikah juga sumber kebahagiaan.

                                                                                                                            Twitter@aimeeharis

No comments: