Friday 18 March 2016

Perempuan (2)



Bicara perempuan memang tak ada habisnya. Mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki seolah tak pernah lepas oleh piranti untuk di ‘usili’. 

Semuanya terasa menarik dan indah jika bisa makin diperbaiki. Tak heran bila kemudian banyak muncul salon kecantikan, krim pemutih, obat pelangsing, hingga suplemen peninggi badan agar perempuan menjadi lebih menawan.

Betapa perempuan memang ingin dilihat, dipandang, dan dianggap lebih baik dan makin baik dari sebelumnya. Dengan dalih ingin percaya diri, semua dilakukan agar terlihat menakjubkan. Melakukan perawatan tanpa konsultasi dokter, memakai krim yang full merkuri hingga diet ekstrem tanpa ada yang mengawasi. Akibatnya, semua menjadi sia-sia karena yang indah berubah jadi mengerikan.

Ketika jaman saya kuliah dulu, saya pernah membaca sebuah novel klasik The Great Gatsby yang menggambarkan bagaimana seorang karakter Daisy berusaha tampil secantik mungkin dengan dandanan yang luar biasa. Demi mewujudkan itu semua, Daisy harus menikah dengan orang kaya bangsawan agar bisa memenuhi kebutuhan mewahnya. Ternyata, tujuan Daisy cuma satu, dia ingin dilihat dan diperhatikan. Ungkapan dilihat tentu saja, menjadi obyek mata pria bahwa dia memang cantik.

Tapi, apa yang dilakukan Daisy berbeda dengan para perempuan yang hidup di zaman setelahnya. Dalam sejarah hari perempuan yang jatuh pada 8 Maret, sesungguhnya diambil dari kisah perempuan biasa yang menoreh catatan sejarah. Yakni, sebuah perjuangan berabad-abad lamanya untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat, seperti halnya kaum laki-laki.

Ambil saja salah satu contoh perjuangan para perempuan di Rusia. Oleh karena dua juta tentara Rusia terbunuh dalam perang, perempuan Rusia lagi turun ke jalan pada hari minggu terakhir di bulan Februari, menyerukan "Roti dan Perdamaian". Para pemimpin politik menentang unjuk rasa ini, namun para perempuan ini tetap bertahan.

Dan sejarah mencatat, empat hari kemudian, Czar atau Tsar (raja) Rusia turun tahta dan pemerintahan sementara mengakui hak perempuan untuk ikut serta dalam pemilu. Hari bersejarah itu jatuh pada tanggal 23 Februari di kalender Julian yang digunakan di Rusia atau tanggal 8 Maret menurut kalender Gregorian (kalender Masehi yang digunakan secara umum di dunia). Dan sejak saat itulah Hari Perempuan Sedunia diperingati pada hari yang sama oleh seluruh kaum perempuan di seluruh dunia.

Para perempuan ini tentu berbeda dengan Daisy dan karakter perempuan yang ‘hanya peduli penampilan’ seperti yang saya tulis di atas. Para perempuan Rusia bukanlah mereka yang ingin dilihat tapi mereka ingin didengar suaranya. Bahwa, mereka juga punya hak untuk berpendapat dan menentukan pilihan.

Lalu, bagaimana dengan muslimah? Tentu saja Islam sudah mengatur hak muslimah dengan sangat baik. Muslimah bukan objek untuk dilihat dan dipajang, tapi punya peran penting tak hanya dalam keluarga tapi juga lingkungannya. Karena itulah, perempuan diperintah untuk berhijab agar mereka bisa beraktivitas diluar rumah dengan aman dan nyaman.

Perempuan muslim juga punya hak dan boleh untuk melakukan beragam kegiatan positif tak hanya di dunianya tapi juga berkarir layaknya kaum pria. Karena itu, di hari perempuan, muslimah tak harus ragu untuk melakukan sesuatu dengan dalih menuntut hak. Sebab, Islam memang telah memberikan kesempatan sebagaimana mestinya.

@aimeeharis

No comments: