Saturday 12 March 2016

Baper


Hari ini adalah weekend kedua bulan ini. No friends dan hanya terkapar di tempat tidur. Seminggu sakit, walau sudah ke dokter, penyakit malah tidak berkurang. Justru weekend menjadi puncaknya. Bila mau buruk sangka, rasanya nggak rela banget. 

Pas off kerja malah dihabiskan dengan lemes di di dalam kamar. Sendirian pula. My hubby ada tugas luar kota, jagoan kecilku yang sedang menuju ABG tak mau diam di Sabtu liburnya. Jadinya, dia jalan-jalan main di mall bersama ponakan yang sudah SMA.

Jika memang mau buruk sangka lagi, rasanya pingin protes. Kok Allah gak adil. Saya yang sudah bekerja keras dan pingin plesir dan refreshing, kok malah diberi sakit. Udah gitu gak ada yanng bisa mendukung keinginan saya.


Padahal, bukan karena saya sok mikirin kesenangan, tapi saya butuh refresh pikiran saya. Saya ingin melihat alam luas, hijau, birunya laut dan  segala ungkapan yang membahagiakan. Saya bosan terkungkung dengan dengan rutinitas kesibukan.

Hampir setiap hari, saya hanya berkutat dengan tugas rumah, kuliah, kantor dan ngajar. Semua saya coba untuk lakukan dengan ideal dan sampurna. Membuatnya semua menjadi prioritas nomer satu. Bahkan, membuat saya lupa untuk menyenangkan diri sendiri. I need my me time. Waktu yang membuat saya refresh dan tumbuh ide-ide baru.

Saya capek dan bosan hanya berkutat tugas yang menumpuk . event yang ribet, pekerjaan rumah tangga yang gak ada habisnya hingga program yang akhirnya tak bisa saya lakukan dengan sempurna. Saya butuh sesuatu yang baru. Melihat yang baru, membaca alam sekitar  lain yang bisa mengatasi kejenuhan saya.

Sungguh, rasanya semua seperti di ubun-ubun. Kejenuhan ini, kebosanan ini, keinginan yang tak tercapai ini, membuat saya tiba-tiba menyerah. Menyerah dan pasrah. Saya harus mengubur semua keinginan itu walau sebenarnya sangat sederhana.

Saya tahu, sejak kecil saya dididik untuk mandiri. Segala sesuatu harus saya lakukan dan atasi sendiri. Tapi, saya juga manusia yang tak bisa hidup tanpa orang lain. Saya juga bisa sedih, saya juga bisa menangis tatkala mengingat bahwa Ayah saya telah tiada. 

Ayah yang saya impikan akan bisa membantu kesulitan dan kesedihan yang sedang saya alami saat ini. Ayah yang saya impikan akan selalu membuat saya tenang karena kata-katanya. Tapi, ayah yang bisa menjaga saya ketika ada orang lain menyakiti hati saya.
 
Tapi Ya sudahlah. Saya memang harus berusaha mengubah mindset. Saya tak ingin terlalu terjebak dengan keterpurukan perasaan ini. Saya takut menjadi apatis dan kembali menyakiti diri saya sendiri. 

Di kondisi yang lemah ini, saya memilih untuk berbaik sangka, bahwa Allah pasti punya maksud lain atas hidup saya. Saya masih yakin, Allah masih cinta sama saya. 

Memang tak mudah untuk semua itu, tapi aku coba ikhlas, rela dengan semua. Yang jelas, aku hanya ingin sehat dan bahagia Ya Allah. Tolong bahagiakan aku. Hilangkan capek jiwa raga ini hingga membuat aku ‘sempurna’ kembali. 
Sambil menunggu ‘pujaan hatiku’ biarlah laptop ini menjadi teman untuk membunuh kesendirianku. Menuliskan segala keluh kesah ini benar-benar menjadi obat mujarab buat aku merasa lebih baik.

@aimeeharis

No comments: