Wednesday 20 April 2016

Kartini Dulu Muslimah Kini


Sebelum hijab dengan ragam model dan style-nya ada, wanita muslim tetaplah seorang muslimah. Yang saya tahu, muslimah dulu adalah mereka yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai Islam walau hijab yang dikenakan masih sebatas kerudung untuk menutupi sebagian rambutnya. 

Muslimah dulu, masih tetap seorang wanita yang patuh pada suami, berusaha memberi nilai lebih dalam keluarga dengan melakukan kodratnya sebagai ibu dan istri.

Walau saat itu belum muncul gamis, abaya ataupun sebutan hijab syar’i seperti saat ini, muslimah dulu masih tetaplah wanita yang berusaha menahan malu untuk tidak berteriak ataupun tertawa terbahak-bahak di depan lawan jenisnya. Jika dilakukan, mereka menganggap hal itu adalah tabu.

Saya jadi ingat ketika melihat salah satu dokumentasi foto pribadi ibu saya. Di foto itu, ibu saya mengenakan kebaya dan jarit batik, ditambah kerudung putih yang menutupi sebagai rambutnya yang telah disanggul, ibu terlihat sangat cantik. Kata ibu, itu adalah penampilan terbaik yang pernah ia lakukan. Sebagai orang Jawa Timur, ibu saya sangat mencintai batik dan kebaya.

Saya tak menyangka, sosok ibu dalam foto yang terlihat lembut ternyata juga pekerja keras. Walau termasuk sosok tegas, ibu adalah wanita yang tak pernah punya keberanian untuk berbicara dengan nada tinggi apalagi melawan ayah. Baginya, istri yang baik adalah yang patuh pada suami. 

Ibu, bagi saya juga sosok wanita karir yang tak hanya membantu ayah dalam perekonomian keluarga tapi juga seorang single parent yang hebat sejak ayah menghembuskan nafas terakhirnya.

Itulah yang kemudian menginspirasi saya. Bahwa wanita dengan dalam balutan kebaya dan kerudung ‘separo’nya itu tetap bisa berperan dimana saja. Menjadi pilar dalam kesuksesan anak, hingga berkarir di luar rumah. Semua bisa dilakukan. Yang jelas, dimata saya, ibu dengan kebayanya tetaplah sosok muslimah hebat.

Kini, sosok muslimah mungkin disimbolkan lebih teridentas. Kesadaran beragama yang tinggi membuat mereka memilih berhijab untuk menutup seluruh aurat. Ketika jaman SMA saya dulu, berhijab menjadi hal paling sulit untuk beraktivitas. Kemanapun kita pergi, pasti dianggap perempuan berhijab termasuk golongan eksklusif bahkan teroris.

Syukurlah kemudian kondisi berubah. Muslimah dengan hijabnya tak hanya sekedar untuk menjalankan perintah Allah tapi juga gaya hidup yang disukai. Banyak muslimah berhijab yang sukses di berbagai bidang bahkan menjadi idola. Muslimah berhijab bisa melakukan apa saja bahkan menduduki top leader sekalipun.
Tentu fenomena ini menjadi kabar terindah bagi kita semua. 

Namun, ada sedikit hal yang mengkhawatirkan. Banyak muncul di layar kaca atau di media manapun, sangat mungkin menjadi peluang bagi orang lain untuk memanfaatkan muslimah. Terutama bagi mereka yang memang sedang menincar kesuksesan dan ketenaran.
Saya jadi ingat omongan Neno Warisman bahwa muslimah jangan sampai jadi komoditas. Jika muslimah yang masih dengan kebaya dan kerudung separonya masih sangat peka dengan budaya malu untuk tampil di depan publis apalagi lawan jenis, maka muslimah masa kini harus lebih bisa mawas diri. 

Kesadaran akan Islam membuat mereka harus paham bahwa muslimah tetap punya kodrat untuk berperan besar di ‘rumah’. Sebagai ibu dan istri. Jangan sampai terlalu terlena dengan kesuksesan karir di luar hingga lupa bahwa dia jadi komoditas.

Selamat Hari Kartini. 
21 April 2016

@aimeeharis

No comments: