Tuesday, 24 February 2015

Perempuan


Let's get beauty
Ketika masih remaja, saya punya seorang sahabat yang cantik jelita. Kala itu, saya masih jauh dari dunia fashion yang saya geluti seperti saat ini. Sahabat saya ini memang terlihat fashionable di setiap kesempatan, tak terkecuali ketika di sekolah. Maklum, kala itu kami masih sama-sama duduk di bangku SMA. 
 
Fashionable di sekolah bukan berarti harus memakai baju warna-warni yang di luar aturan sekolah. Sahabat saya ini tentu saja masih tetap memakai seragam sekolah. Namun yang membuat dia tampak fashionable adalah dia selalu melilitkan ikat pinggang dengan warna-warna yang senada dengan tali rambut ataupun sepatunya. 

Tak hanya itu, dia juga selalu membuat rambutnya terikat cantik dan modis. Inilah yang membuatnya tampak berbeda. Belum lagi jika memandang raut wajahnya. Tentu bukan anak sekolah yang polos, tapi wajah cantik itu sudah berbalut make up tipis yang membuat dia selalu terlihat fresh. Bahkan di bibirnya, dia juga tak pernah lupa memulaskan lip gloss agar bibirnya selalu terlihat lembap.

Menariknya lagi, di beberapa kesempatan, sahabat perempuan saya ini sering mengeluh jika tubuhnya terlihat lebih gemuk ataupun ketika ada yang komentar bahwa dia terlihat gemuk. Secara spontan, dia pasti akan langsung sedih dan mulai sering bercermin dan mencari cara bagaimana tubuhnya kembali langsing. Walaupun sebenarnya, dia tak benar-benar terlihat gemuk. 

Saat itu, saya hanya senyum dan geleng-geleng kepala saja jika melihat apa yang terjadi pada teman saya ini. Menurut saya, tak seharusnya ia berlebihan menyikapi tentang penampilan dan berat badannya. Yang penting terlihat cantik dan keren, ya sudahla.

Tapi itu dulu, ketika saya memang benar-benar belum terjun ke dunia fashion media. Kini, setelah beberapa tahun ‘handling’ Tabloid MODIS, saya menjadi sangat memahami, betapa perempuan memang selalu ‘ribut’ terhadap penampilan. Dari ujung rambut sampai ujung kaki serasa menjadi hal menarik untuk diekspresikan.

Dalam sebuah film, saya juga pernah mendapati sebuah dialog, bagiamana seorang pria mengaku tak habis pikir dengan busana kaum perempuan yang dianggapnya terlalu ribet dan menyusahkan diri sendiri. Ternyata, hal itu dijawab si perempuan bahwa segala hal yang dikenakan, termasuk busana merupakan cermin dari pemakainya.

No comments: