Friday, 6 February 2015

Belajar Empati Dari QZ 8501



Di penghujung 2014, kita dikejutkan oleh peristiwa AirAsia QZ 8501 yang tiba-tiba menghilang dari radarnya. Peristiwa ini tentu membuat panik siapa saja. Tak hanya para keluarga dan kerabat korban, tapi juga siapapun yang mendengar dan melihat berita ini.
Hati kita menjadi makin teriris ketika hari berikutnya, kita mendapati berita bahwa beberapa jenazah dari korban AirAsia QZ8501 mulai ditemukan. Perasaan sedih, empati muncul jadi satu. Tayangan di layar kaca bagaimana tangis pilu para keluarga korban juga seolah mengaduk-aduk emosi kita untuk ikut berkabung di dalamnya.
Bahkan, tak terasa, mungkin air mata kita ikut menetes karena beberapa korban tersebut, ternyata adalah kawan-kawan kita, ayah ibu saudara-saudara kita, ataupun hanya kenalan kita ketika di dunia maya. Perasaan sedih dan kehilangan serasa reflek muncul begitu saja.
Berbagai sikap dan perasaan yang muncul tersebut adalah hal yang wajar bagi siapa saja. Karena sebenarnya kita adalah makhluk sosial yang tak bisa sendiri. Keberadaan orang lain juga bisa menjadi penentu apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Karena itu, ketika orang lain ini hilang atau meninggal dunia, pasti secara tidak langsung kita akan merasa ikut kehilangan, walaupun mungkin kita tak punya hubungan darah sekalipun.
Tragedi atau peristiwa AirAsia QZ8501 justru menjadi pembelajaran penting buat kita semua. Salah satunya adalah belajar berempati dengan musibah yang terjadi. Bukan sekedar ikut-ikutan mengatakan ucapan duka cita, namun karena memang rasa saling memiliki sebagai sesama umat manusia.
Sayangnya, tragedi AirAsia QZ 8501 ternyata sempat menjadi olok-olok oleh oknum tak bertanggungjawab di media sosial. Mereka yang miskin empati ini justru menulis status tak keruan, bahkan sembrono yang melecehkan musibah tersebut. Bukan malah mengucap belasungkawa, justru sebaliknya, yakni memanfaatkan situasi dengan memberikan citra buruk pada orang lain. Sekali lagi, saya anggap mereka inilah oknum yang tidak bertanggung jawab.
Tragedi ini juga bisa pembelajaran bagi kita untuk instropeksi dan berhati-hati. Bahwa memang benar, bahwa Allah sudah menenetukan takdir kematian setiap umatnya. Namun, Allah juga menyayangi umatnya yang lebih hati-hati. Allah juga akan melindungi umatNya yang selalu meminta pertolongan melalui doa yang diucapkannya di setiap kegiatan apapun, termasuk ketika akan melakukan perjalanan. Karena sebaik-baiknya pertolongan adalah dari Allah semata.


No comments: