Di
penghujung 2014, kita dikejutkan oleh peristiwa AirAsia QZ 8501 yang
tiba-tiba menghilang dari radarnya. Peristiwa ini tentu membuat panik siapa
saja. Tak hanya para keluarga dan kerabat korban, tapi juga siapapun yang
mendengar dan melihat berita ini.
Hati
kita menjadi makin teriris ketika hari berikutnya, kita mendapati berita bahwa
beberapa jenazah dari korban AirAsia QZ8501 mulai ditemukan. Perasaan sedih,
empati muncul jadi satu. Tayangan di layar kaca bagaimana tangis pilu para keluarga
korban juga seolah mengaduk-aduk emosi kita untuk ikut berkabung di dalamnya.
Bahkan,
tak terasa, mungkin air mata kita ikut menetes karena beberapa korban tersebut,
ternyata adalah kawan-kawan kita, ayah ibu saudara-saudara kita, ataupun hanya
kenalan kita ketika di dunia maya. Perasaan sedih dan kehilangan serasa reflek
muncul begitu saja.
Berbagai
sikap dan perasaan yang muncul tersebut adalah hal yang wajar bagi siapa saja.
Karena sebenarnya kita adalah makhluk sosial yang tak bisa sendiri. Keberadaan
orang lain juga bisa menjadi penentu apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Karena
itu, ketika orang lain ini hilang atau meninggal dunia, pasti secara tidak
langsung kita akan merasa ikut kehilangan, walaupun mungkin kita tak punya
hubungan darah sekalipun.
Tragedi
atau peristiwa AirAsia QZ8501 justru menjadi pembelajaran penting buat kita
semua. Salah satunya adalah belajar berempati dengan musibah yang terjadi.
Bukan sekedar ikut-ikutan mengatakan ucapan duka cita, namun karena memang rasa
saling memiliki sebagai sesama umat manusia.
Sayangnya,
tragedi AirAsia QZ 8501 ternyata sempat menjadi olok-olok oleh oknum tak
bertanggungjawab di media sosial. Mereka yang miskin empati ini justru menulis
status tak keruan, bahkan sembrono yang melecehkan musibah tersebut. Bukan
malah mengucap belasungkawa, justru sebaliknya, yakni memanfaatkan situasi
dengan memberikan citra buruk pada orang lain. Sekali lagi, saya anggap mereka
inilah oknum yang tidak bertanggung jawab.
Tragedi
ini juga bisa pembelajaran bagi kita untuk instropeksi dan berhati-hati. Bahwa
memang benar, bahwa Allah sudah menenetukan takdir kematian setiap umatnya.
Namun, Allah juga menyayangi umatnya yang lebih hati-hati. Allah juga akan
melindungi umatNya yang selalu meminta pertolongan melalui doa yang
diucapkannya di setiap kegiatan apapun, termasuk ketika akan melakukan perjalanan.
Karena sebaik-baiknya pertolongan adalah dari Allah semata.
No comments:
Post a Comment