Thursday, 17 July 2014

Muslimah yang 'Satu Paket'



Seorang teman bercerita, ketika itu, ia tengah menikmati makan siang dengan pasangannya. Namun tak disangka, suasana restoran yang biasanya sepi berubah menjadi gaduh. Ternyata banyak anak-anak dari para pengunjung yang bermain dan berlarian ke sana-sini mengitari meja pelanggan yang lain, termasuk teman saya tersebut.
Restoran itu memang didesain sebagai restoran keluarga dengan nuansa yang akrab. Namun, siang itu suasana restoran hampir seperti pasar. Empat orang anak yang sebenarnya sangat lucu-lucu, tampak berteriak dan berlarian kesana kemari. Sampai kemudian terjadilah peristiwa yang mengejutkan.
Pyarr..!!! Tiba-tiba piring di atas meja kawan saya ini pecah. Peristiwa ini sungguh mengagetkan semua pengunjung yang hadir di restoran tersebut. Ternyata sebuah bola terlempar mengenai piring tersebut hingga jatuh dan pecah ke lantai.
Teman saya baru menyadari, ternyata bola tersebut milik anak-anak yang gaduh tersebut. Peristiwa tersebut juga sontak membuat suasana yang semula ramai menjadi hening. Bila sebelumnya ada pasangan suami-istri di meja seberang bercakap-cakap, sontak terdiam.
Yang juga sempat menarik perhatian teman saya adalah kehadiran para muslimah cantik yang berada di dalam restoran tersebut. Para muslimah modis tersebut tampak akrab dan gembira. Mungkin karena jumlahnya lumayan banyak, percakapan mereka seolah memenuhi sudut ruangan restoran tersebut.
Namun, percakapan, mungkin bisa dibilang ‘rumpian’ tersebut, menjadi terhenti karena peristiwa bola anak kecil yang memecahkan piring teman saya itu. Dan yang membuat teman saya kembali tertegun, ternyata anak kecil yang melempar bola tersebut adalah salah satu putra dari komunitas muslimah tersebut.
Bukannya meminta maaf, dengan santai sang ibu yang berhijab ini hanya memanggil buah hatinya. “Sini sayang. Ayo sini …,” ujar sang ibu yang terlihat masih sangat muda itu.
Kepada saya, teman saya pun mengatakan bahwa menjadi muslimah yang baik itu tak cukup dengan berhijab saja. Dia pun mengutarakan keprihatinannya terhadap muslimah  yang dianggapnya tak punya kepekaan terhadap lingkungan sekitar. “Minimal, dia meminta maaf kepada saya karena perilaku anaknya,” ucap teman saya tersebut.
Yang juga membuat teman saya ini sangat prihatin adalah sikap sang ibu yang lebih memilih sibuk dengan komunitasnya daripada memperhatikan buah hatinya. “Contohnya ibu tersebut. Apa ini yang disebut muslimah modern?” ujar teman saya dengan kesal.
Cerita teman saya ini sengaja saya share di sini agar bisa menjadi pelajaran yang berarti untuk muslimah yang lain. Memang benar, menjadi muslimah haruslah satu paket. Berhijab secara lahiriah maupun batiniah. Secara lahiriah, berarti seorang muslimah punya kewajiban untuk menutup aurat dan berhijab. Secara batiniah, seorang muslimah juga harus bisa menjaga hati dan pikirannya agar selalu baik di mata Allah dan manusia yang lain.
Kepada Allah, mereka wujudkan dengan ibadah yang tekun. Kepada manusia, mereka wujudkan dengan hablumminannas, yakni tidak bersikap egois, sebaliknya, peduli dengan sekitarnya. Sebab, Islam itu adalah agama yang damai. Karena itu, seorang muslimah haruslah baik dan tidak menyakiti sesama muslim yang lain.

No comments: