![]() |
Tetap ada bayangan dalam Cermin. Meskipun di tempat gelap |
Kacang jangan lupa lanjarannya. Begitu nasihat seorang teman.
Saya heran, kenapa tiba-tiba kalimat itu muncul dari seorang teman yang saya anggap profesional dan cukup dewasa menanggapi masalah ini.
Dengan mimik yang menyedihkan, tersirat kekecewaan dari teman saya ini.
Dia menganggap semua teman-teman yang ia tolong, telah benar-benar melupakannya.
Dia juga menganggap, semua teman-teman yang dia merasa telah dia angkat derajatnya, kini telah mendepaknya secara langsung.
Dia menganggap semua teman-teman yang ia tolong, telah benar-benar melupakannya.
Dia juga menganggap, semua teman-teman yang dia merasa telah dia angkat derajatnya, kini telah mendepaknya secara langsung.
Mendengar keluhannya ini, saya pun balik bertanya. Pertolongan apa yang sebenarnya telah engkau berikan wahai teman siniorku? Hingga membuatmu merasa gelisah, merasa tak dihargai, bahkan dibuang? "Saya telah memberi jabatan dia. Saya juga menyerahkan beberapa kedudukan penting yang sebanarnya tak layak dia peroleh. Tapi apa balasannya. Dia mendepak saya. Menghancurkan periuk nasi saya," ujarnya.
Untuk sejenak, saya pun diam. Saya mulai mengerti bahwa teman senior saya ini ternyata sedang frustrasi. Tak ada teman yang datang. Tak ada teman yang membantu di saat dia sedang terpuruk seperti saat ini. Dia merasa semua orang yang dulu menurutnya telah ia tolong, kini justru lari tunggang langgang meninggalkannya. Sungguh kasihan melihat kondisinya kini.
Saya pun menatapnya kembali. "Wahai teman seniorku, pernahkah kamu bercermin? Kira-kira, bayangan apa yang di cerminmu itu?" Teman senior saya balik bertanya."Apa maksud kamu. Kenapa saya harus bercermin?"
Menurutku, sebaiknya engkau instropeksi dulu, wahai teman seniorku. Mengapa semua teman-temanmu meninggalkanmu. Mengapa pula mereka melakukan sesuatu yang kau anggap seperti kacang lupa lanjarannya. Janganlah engkau terburu nafsu mengatakan bahwa mereka telah melupakanmu. Apalagi melupakan jasa-jasamu. Bisa jadi, mereka melakukan itu karena mereka menganggap engkau adalah teman senior yang tak pantas untuk dihargai.
Bisa jadi pula, mereka melupakanmu karena mereka tak ingin menambah dosa yang lebih banyak lagi denganmu. Sebab, mereka tahu bahwa orang yang pantas dihargai adalah orang yang berjasa. Bukan orang yang mengharapkan penghargaan.
Ayolah teman seniorku, jangan selalu engkau menganggap prestasi orang lain adalah karena jasamu. jangan pula keberhasilan orang lain kauanggap lantaran tangan yang engkau anggap sakti.
Sekali-kali lah, kamu mengakui bahwa mereka berprestasi adalah karena benar-benar mereka punya kemampuan. Bukankah karena kemampuan dan keahlian mereka yang membuat mereka pantas engkau pilih. Bisa jadi, karena kemampuan orang itu pula yang membuat mereka tetap survive walau diterpa badan yang engkau ciptakan sendiri.
Sekali-kali lah, kamu mengakui bahwa mereka berprestasi adalah karena benar-benar mereka punya kemampuan. Bukankah karena kemampuan dan keahlian mereka yang membuat mereka pantas engkau pilih. Bisa jadi, karena kemampuan orang itu pula yang membuat mereka tetap survive walau diterpa badan yang engkau ciptakan sendiri.
Wahai teman seniorku, segeralah bercermin. Jangan menunggu terlalu lama untuk melihat diri sendiri agar engkau segera tahu, sikap pantas seperti apa yang harus kamu lakukan.
6 April 2013. pkl. 02.45
No comments:
Post a Comment