Tuesday, 6 August 2013
Lebaran di Jakarta
Dua hari lalu saya membuat status di Blackberry bahwa saya pingin lebaran ke jakarta. Tak disangka, teman-teman saya banyak yang berkomentar. "Lebaran kok di Jakarta, apa menariknya."
Entahlah, biasanya saya yang sangat 'bete' jika harus tugas ke Jakarta, tiba-tiba merindukan berada di ibukota negara ini pas hari raya. Tentu keinginan itu tak datang begitu saja.
Melihat berita di tv bahwa Jakarta sangat lengang ketika lebaran, seperti membawa 'kesejukan' pada saya. Bayangkan, Jakarta yang biasanya bikin stress dengan macetnya luar biasa, namun berubah sepi ketika Idul Fitri tiba.
Bila sudah demikian, pasti perjalanan akan lancar jaya jika mau kemana-mana. Mau silaturahim ke sanak saudara, tak harus nyetir selama tiga jam, tapi bisa ditempuh dengan waktu setengah jam. Mungkin itulah yang ada di bayangan saya.
Bahkan, dengan kondisi jalanan yang sangat tidak macet, mungkin kita bisa pergi ke tiga lokasi wisata dalam sehari. Sekali lagi tidak seperti biasanya, dalam sehari, hanya bisa datang di dua tempat saja, sudah alhamdulillah.
Volume kendaraan yang berkurang juga otomatis mengurangi polusi. Bisa dibayangkan, jika kita berkendara di pagi hari, wow, pasti Jakarta akan terasa sejuk. Pasti kedamaian akan terasa. Sebab, tak akan ada teriakan tak sabar karena kemacetan, juga tak akan ada lagi wajah-wajah cemberut lantaran antri menunggu mobil berjalan dengan lancar.
Hmm, sekali lagi, ini cuman bayangan saya. Sebab, saya tak mungkin berlebaran di Jakarta. Saya lebih menikmati lebaran di kampung halaman. Mudik ke kota kecil Pasuruan tak hanya memberi suasana berbeda karena saya tinggal di Surabaya.
Pulang ke kampung halaman seolah sebuah semangat untuk saling ‘mengeksiskan’ diri bahwa kita bukan manusia egois. Bahwa kita butuh orang lain. Butuh keluarga, butuh saudara, butuh ayah dan ibu, dan butuh untuk mengetahui darimana kita berasal.
Silaturahim yang indah inilah yang akan tetap terjalin dan membuat kita tak pernah lupa dengan asal usul kita.
Ami Haris
*menunggu sahur
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
hehehe, benar Mam, macetnya pindah ke kota kecil semacam Trenggalek dan Tulung Agung T.T
MInal Aidzin wal Faidzin Mam :D
Post a Comment