Tuesday, 25 September 2012

Sebuah Eksistensi

Beberapa tahun belakangan, jalan-jalan di kota maupun di desa menjadi sangat populer dengan hiasan foto-foto para orang yang selama ini tidak kita kenal. Mereka ‘nampang’ dalam sebuah billboard mulai dari yang ukuran kecil empat kali enam meter hingga ukuran raksasa.

Foto yang ditampilkan juga beraneka ragam gaya dan pose, mulai dengan senyum simpul, tegas hingga ‘garang’. Dan tahukah, foto-foto itu adalah bukan foto para artis, tokoh, ataupun selebriti. Mereka adalah orang yang selama ini mungkin sama sekali tidak kita ketahui keberadaannya. Mereka adalah orang-orang yang mencalonkan diri menjadi wakil rakyat, pilkada ataupun pemimpin pemerintahan.Tentu saja untuk memajang foto-foto tersebut tidaklah mudah. Anda harus membayar mahal mulai dari materi maupun intelektual. Bila dihitung, secara materi pembiayaan billboard bisa sampai puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
Menariknya, walau biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, pemajangan foto-foto itu tetap dilakukan. Karena tujuannya adalah satu, demi menunjukkan eksistensi. Bila keberadaan sudah dikenal dan diakui, maka secara pandangan positif akan mudah bagi seseorang untuk berekspresi.Namun, bukan itu yang ingin saya sampaikan. Fenomena foto-foto di jalanan adalah salah satu contoh bahwa eksistensi sangat penting, apapun motivasi dan  situasinya. Eksistensi juga bukan milik orang yang ingin mencalonkan diri sebagai wakil rakyat, bupati, dan pemimpin pemerintahan ataupun lembaga.
Eksistensi ternyata juga milik para muslimah. Dengan kemasan yang berbeda, eksistensi yang mereka munculkan menjadi lebih elegan. Di tengah maraknya teknologi internet dan jejaring sosial, membuat para muslimah berusaha menunjukkan jati dirinya. Mereka berfoto, berpose kemudian mereka upload di Facebook, Twitter, Friendster hingga blog.
Ada yang mengatakan semua itu adalah ‘narsis’, namun sejatinya untuk menunjukkan eksistensi diri. Yang lebih menarik lagi, kegiatan nampang ini tampak lebih terorganisir. Mereka sengaja menciptakan sebuah komunitas, kemudian berkumpul.
Kegiatan ngumpul menjadi penuh warna. Tak hanya busana yang fullcolor ataupun hijab yang modis, namun ide dan kreatifitas juga menjadi bagian yang mereka share dengan sesame komunitas yang dikenal dengan nama hijabers. Semoga saja, komunitas ii tak hanya hadir untuk sekedar ikut-ikutan, namun untuk sebuah eksistensi yang positif agar muslimah makin terwadahi kreatifitasnya. So, be exist.

Twitter: @aimeeharis

No comments: